Monday, August 3, 2015

Konflik

"Keparat kau," ujar hati. "Bisa-bisanya kau melakukan itu!"
"Kau yang keparat," balas logika. "Pernahkah kau hiraukan aku saat aku berusaha berkata padamu bahwa ini semua memang tak akan pernah berhasil?"
"Kau tak pernah mengingatkanku!" hati mengelak. Ia mulai ragu-ragu dengan pendapatnya sendiri.
"Aku mengingatkanmu berulang kali. Kejadian-kejadian yang sudah kaujalani seharusnya membuatmu sadar," logika menjelaskan.
Hati terdiam. Kini teringat kembali bahwa, memang, semua kejadian yang telah lalu seharusnya membuatnya tersadar untuk tidak berjalan terlalu jauh. Untuk tidak mengalir terlalu deras. Untuk tidak mencintai terlalu dalam.
"Ya," logika kembali berujar seakan-akan mengetahui apa yang dirasakan hati. "Cinta memang penyakit jiwa yang parah."

No comments: