Wednesday, February 24, 2010

A Dialogue

sepuluh tahun yang lalu..

"aku tau apa yang kamu rasakan."
"tentu kamu tau. betapa tidak?"
"lalu?"
"lalu apa?"
"kamu masih merelakan aku pergi?"
"itu demi dirimu"
"demi diriku?"
"iya"
"bagaimana bisa?"
"bagaimana bisa aku tega melihatmu dikuliti habis-habisan oleh keluargamu jika mereka tau kamu menikahi ku?"
"jadi kamu lebih memilih meninggalkanku?"
"aku tidak berkata begitu"
"tapi sikapmu mengatakannya"
"apa iya?"
"kamu tega membohongi perasaanmu sendiri"
"bagaimana kamu tau?"
"sudah kukatakan, sikapmu mengatakannya"
"hahaha, nampaknya semua sudah jelas"
"sangat"
"lalu apa lagi yang kau tunggu? berikan aku undangan pernikahanmu besok!"
"kamu tidak takut kehilangan diriku?"
"tidak"
"bagaimana bisa?"
"dirimu tak mati, kan?"
"iya aku tau, maksudku, apakah kamu tidak takut aku perlahan pamit dari kehidupanmu?"
"tidak"
"mengapa?"
"kamu bukan milikku dan aku bukan milikmu. aku tidak punya hak untuk memaksamu tinggal disini atau pergi kesana. kamu berhak atas dirimu, atas semua yang ingin kamu perbuat."
"apakah kamu akan merindukanku?"
"sangat, pastinya.."
"hai, jawab pertanyaanku!"
"apakah perlu kamu bertanya itu?"
"perlu"
"maka bertanyalah sekali lagi"
"apakah kamu akan merindukanku?"
"sangat. aku akan sangat amat merindukanmu."
"lalu kamu rela aku menikahi orang lain?"
"tidak! bagaimana bisa aku rela, bodoh?"
"mengapa kamu diam? jawablah.."
"aku yakin hal itu tidak akan terlalu menggangguku"
"apakah kamu serius?"
"apakah aku pernah tidak serius?"
"seingatku tidak."
"jangan mengalihkan pembicaraan. berikan aku undangan itu!"
"apakah kamu akan datang?"
"dengan senang hati, sayangku.."
"apakah kamu menyayangiku?"
"tidak juga"
"lalu?"
"aku tidak memiliki perbendaharaan kata yang cukup lengkap untuk menggambarkan apa yang kurasakan padamu"
"wah, itu romantis"
"tidak, itu bodoh."
"kamu terlalu sering memaki dirimu"
"namun itu bagus untuk pembentukan kepribadian. ayolaaah.. jangan mengulur waktu!!"
"aku tidak mengulur waktu! aku hanya ingin, hmm.. lebih lama bersamamu"
"omong kosong! kamu besok akan menikah dengan wanita pilihan keluargamu itu dan sekarang kamu masih berduaan dengan wanita yang tak jelas asal muasalnya. mau jadi apa kamu?"
"sudahlah, jangan membentakku seperti itu!"
"aku tidak membentakmu.. cepat berikan undangan itu sebelum aku merebutnya dari dirimu!"
"aku mengharapkan kedatanganmu.. sangat"
"aku pasti datang.."
"satu pesanku, aku ingin bertemu dirimu sepuluh tahun lagi, setelah semua menjadi stabil. jangan lupakan pesanku ini.."
"pasti.. pasti.."
"jangan menangis!!!! kamu tau betapa lemahnya aku jika melihat kamu menangis!"
"aku tidak menangis! mataku hanya kelilipan saja."
"lagi lagi, kamu tidak pandai membohongi ku."
"sudahlah, kamu harus pergi. esok adalah hari bahagia mu."
"hah, bagaimana kamu tau itu hari paling membahagiakan bagiku jika aku melihatmu menangis di hari itu?"
"hahaha, jangan munafik.. kamu menikah di hari itu. mengapa pula tidak bahagia?"
"aku bukan malaikat yang selalu patuh akan perintah tuannya.. aku manusia"
"nabi pun manusia.. kamu memang seperti nabi.."
"aku bukan nabi! aku tidak diberi mukjizat.."
"namun setidaknya kamu bisa membantuku, kan?"
"jelas. apa yang bisa ku bantu?"
"bantu aku melupakanmu.. meskipun aku sangat tidak ingin"
"tidak, aku tidak akan membantumu untuk hal ini. aku ingin kamu melakukannya sendiri."
"pergilah dari hadapanku. sekarang."



lima tahun yang lalu..

"terimakasih untuk menungguku lima tahun ini, menungguku hingga aku dapat berpaling dari dirinya, sepenuhnya lepas dari bayangannya.."
"cinta itu pengorbanan.. aku rela untukmu.."
"cepat rapikan pakaianmu! kita akan segera menuju altar pelaminan!"
"tentu sayangku.. tentu.."
"apakah kamu bahagia, menikah dengan diriku hari ini?"
"tentu sayangku.. tentu.. aku telah menunggu seumur hidupku untuk dapat bersanding denganmu sehidup semati, menemani hidupmu disuka dan duka, membalut luka dan perihmu, mengiringi canda dan tawamu, dan menaungi tubuhmu.. sisa hiupku akan kuhabiskan untukmu.."
"sekali lagi terimakasih"
"hey, jangan menangis! ayo kita jalan sekarang!"



tiga tahun yang lalu..

"syukurlah, anak kita lahir selamat!"
"puji syukur kehadirat Tuhan.."
"anak ini akan membawa keselamatan untuk kita, keberkahan, dan kebahagiaan!"
"amin"
"akan kunamakan nohan arthawa bayanka! si pembawa keselamatan yang penuh kebahagiaan dan luar biasa!"
"nama yang indah.."


hari ini..

"apa kabar?"
"baik.."
"lama tak bertemu."
"sepuluh tahun sejak saat itu yah? hahaha"
"iya, cepatnya waktu berjalan"
"tak terasa"
"apa perasaanmu saat ini?"
"senang.. jujur aku bahagia dengan kehidupanku sekarang. bagaimana dengan mu?"
"sama.. aku telah menemukan tujuan hidupku."
"ternyata kata-katamu terbukti."
"apa memangnya?"
"aku akan melupakanmu walaupun kamu tak membantuku melakukannya.."
"itu semua hanya masalah waktu.."
"ya.. waktu.."
"baiklah, aku harus pulang. sampaikan salamku untuk keluargamu.."
"ya, sampaikan salamku untuk mereka juga. tak sabar untuk mengenal mereka.."
"pasti.."


..dan dengan senyum simpul, ku selesaikan tulisan ini..

sunnia

2 comments:

Abdul Kadir said...

point of view na keren sun :D

Sunnia said...

hehey thanks niweeeey ;)