Dulu aku pernah patah hati
Satu kali
Tadinya kami teman
Semua kisah kami ceritakan terang-terangan
Sampai suatu saat dibuatnya aku cemburu
Ia cerita dirinya dimabuk api cinta
Dengan seorang pria yang tampangnya lebih pantas kusamakan
dengan penjual abu
Aku tertawa dalam hati
Siapa aku?
Bisa-bisanya aku cemburu
Disanalah kemudian aku sadar
Apa yang aku rasa bukan hanya teman sekadar
Mungkin ini apa yang disebut cinta
Tapi kenapa rasa ini begitu menyengat, membakar?
Seminggu, dua minggu
Sebulan, dua bulan
Semakin aku menunggu
Semakin aku tidak karuan
Kutatap kaca pada suatu malam
Kutatap mataku pada pantulannya dalam-dalam
Aku laki-laki! Ujarku dalam hati
Ungkapkan apa yang kaurasa sebelum ia kemudian pergi!
Ujarku lagi
Aku menggelengkan kepala
Aku mengurungkan niat
Ia telah mencintai seorang pria
Ah, dasar pria tukang abu keparat
Tapi semakin kucoba untuk berpaling, semakin kuteringat
wajahnya
Ah, sebelum janur kuning melambai
Aku masih boleh berandai-andai, kan?
Kuberanikan diri pada akhirnya
Kudatangi ia
Yang sedang menatap kosong bunga kamboja india
Sambil tersenyum manja
Aku sudah dilamar, boi! Ujarnya
Ingat pada lelaku yang kuceritakan tempo hari?
Pucuk dicinta ulam tiba
Kemarin ia menyatakan cinta!
Aku tersentak
Buyar sudah
Sejak saat itu, semua warna berubah menjadi kelabu.
No comments:
Post a Comment